PASCA PANEN KEDELAI
Kedelai banyak ditanam oleh
petani Indonesia karena merupakan bahan makanan penting yaitu sebagai sumber
protein nabati. Kedelai dapat diolah menjadi tempe, tahu, kecap, tauco, susu
kedelai, tepung kedelai, dan lain-lain. Disamping itu kedelai juga bisa
digunakan sebagai makanan ternak dalam bentuk tepung kedelai, bungkil kedelai
dan ampas tahu. Selama ini, penanganan pasca panen kedelai belum banyak
mendapat perhatian sehingga kehilangan hasil sebagai susut tercecer masih
tinggi dan mutu hasil masih rendah, untuk itu perlu penanganan pasca panen yang
baik sehingga dapat mempertahankan potensi kuantitas dan kualitas hasil.
Penanganan pasca panen
kedelai meliputi serangkaian kegiatan yaitu penentuan saat panen, teknik
pemanenan, pengeringan brangkasan, perontokan/pembijian, pembersihan biji,
pengeringan biji, pengemasan dan penyimpanan.
Panen kedelai dilakukan
apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama
atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning
kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah mulai kelihatan tua, batang
berwarna kuning agak coklat dan gundul. Perlu diperhatikan perbedaan usia
pemetikan kedelai untuk bahan konsumsi dan untuk benih. Sebagai bahan konsumsi,
kedelai dapat dipetik pada usia 75 hari, dan untuk benih pada umur 100-110 hari
(tergantung varietasnya).
Penentuan saat panen
merupakan tahap awal yang sangat penting dari seluruh rangkaian kegiatan
penanganan pasca panen kedelai karena berpengaruh terhadap kuantitas dan
kualitas hasil panennya. Pemanenan yang terlalu awal, memberikan hasil panen
dengan jumlah butir muda yang tinggi sehingga kualitas biji dan daya simpannya
rendah. Sedangkan pemanenan yang terlambat mengakibatkan penurunan kualitas dan
peningkatan kehilangan hasil sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak
menguntungkan maupun serangan hama dan penyakit pada lahan.
Penentuan saat panen
kedelai juga dapat dilakukan berdasarkan :
(1) deskripsi varietas kedelai;
(2) kadar air yang diukur dengan alat ukur
kadar air (Moisture Tester);
(3) kenampakan fisik. Secara visual umur
panen yang tepat ditandai dengan :
- Daun berwarna
kuning dan rontok;
- Batang
telah kering;
- Polong
kering, berwarna coklat dan pecah.
Pemanenan kedelai sebaiknya
dilakukan pada kadar air rendah (17%-20%), karena mempunyai beberapa keuntungan
yaitu sebagai berikut : (1)rantai kegiatan penanganan pasca panen lebih pendek
sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya; (2) jumlah susut pasca panen
keseluruhan yang mungkin terjadi lebih rendah dari pemanenan pada kadar air
tinggi yaitu susut panen pada kadar air rendah mencapai 6%, sedangkan pada
kadar air tinggi dapat mencapai 13%.
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur.
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur.
Kedelai dipanen dengan dua
cara yaitu (1) dengan cara mencabut, perlu diperhatikan keadaan tanahnya yaitu
ringan dan berpasir dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di
bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati karena
kedelai yang tua mudah rontok. Pada dasarnya panen dengan cara mencabut tidak
dianjurkan, karena butil akar yang mengandung rezobium ikut terbuang; (2)
dengan cara memotong, yaitu menggunakan sabit yang tajam agar pekerjaan bisa
dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa
ditekan. Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah karena akar dengan
bintil-bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut.
Ada lima tahapan penanganan pasca panen
kedelai yaitu:
1.
Pengeringan Brangkasan.
Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen segera dijemur, tidak ditunda
terlalu lama. Dalam proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara alami dan menggunakan para-para. Pengeringan secara alami
brangkasan kedelai dijemur langsung di bawah sinar matahari. Dapat dilakukan
dengan dijemur diatas tikar, anyaman bambu, atau menggunakan alas plastik,
sebaiknya dipilih yang berwarna gelap/hitam untuk mempercepat pengeringan.
Pengeringan dilakukan
selama 3-7 hari bila cuacanya baik, semua buah yang masih menempel pada batang
diusahakan di jemur di tempat penjemuran. Agar kedelai kering sempurna, pada
saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali, hal ini
menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan biji terlepas
dari polongnya. Sedangkan biji kedelai yang digunakan untuk benih dijemur
secara terpisah. Penjemuran dilakukan sampai kadar air 10% – 15% dan di pagi
hari pukul 10.00 sampai 12.00 siang.
Brangkasan kedelai yang
baru dipanen tidak boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada musim
hujan, untuk mencegah kerusakan biji karena kelembaban yang tinggi. Pengeringan
dengan para-para dilakukan terutama bila panenan dilaksanakan waktu musim
hujan. Para-para dibuat bertingkat, kemudian brangkasan kedelai ditebar merata
di atas para-para tersebut. Dari bawah dialirkan udara panas dengan cara
membakar sekam, untuk menurunkan kadar air. Brangkasan dianggap cukup kering
bila kadar airnya telah mencapai kurang lebih 18%.
2.
Perontokan/pembijian. Ada
beberapa cara memisahkan biji dari kulit polongan yaitu dengan cara:
a.
memukul-mukul tumpukan
brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu/karet ban dalam sepeda/ kain
untuk menghindarkan terjadinya biji pecah,
b.
brangkasan kedelai sebelum
dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung atau dihamparkan dengan tebal 20 cm,
c.
menggunakan alat mekanis
(power thresher) yang biasa digunakan untuk merontokkan padi. Pada waktu
perontokan dikurangi hingga mencapai kurang lebih 400 rpm. Brangkasan kedelai
yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah. Kadar air yang
tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak dapat bekerja dengan
baik. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan.
3.
Pembersihan biji kedelai.
Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya.
Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Pembersihan juga bisa dilakukan dengan
menggunakan mesin pembersih (winower), mesin ini merupakan kombinasi antara
ayakan dengan blower.
4.
Pengeringan biji kedelai.
Biji yang bersih selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnnya 9% – 11%.
5. Pengemasan, dan
penyimpanan. Biji yang kering lalu disimpan dalam wadah yang bebas hama dan
penyakit. Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu
cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung
goni/plastik. Karung yang digunakan harus diberi label berupa tulisan yang
dapat menjelaskan tentang produk yang dikemas.
Karung-karung ini ditumpuk
pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau
lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2 – 3 bulan
sekali harus dijemur sampai kadar airnya sekitar 9% – 11%. Apabila diangkut
pada jarak jauh, hendaknya dipilih jenis wadah/kemasan yang kuat. Tempat
penyimpanan haruslah teduh, kering dan bebas hama atau penyakit. Biji kedelai
yang akan disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9 – 14 %.
Tidak ada komentar